Makalah Penelitian Fenomenologis dan Historis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendekatan
penelitian ada dua macam yaitu pendekatan penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena (fenomenologis) tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, seperti: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Krik dan Miller, Jane Richie, Bogdan dan Bikley, Guba dan Lincoln).
Dengan kata lain penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma
fenomenologis yang objektifitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi
tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok social tertentu
yang relevan dengan tujuan penelitian.
Penelitian
kualitatif berangkat dari fenomena yang ditemukan dilapangan kemudian
dikembangkan pemahaman secara mendalam, alamiah, melibatkan konteks secara
penuh, data dikumpulkan langsung dari partisipan langsung. Sedangkan desain
penelitian kualitatif bersifat fleksibel atau berubah-ubah sesuai dengan
situasi dan kondisi data yang didapat dilapangan. Penelitian kualitatif
dibutuhkan sebagai pendekatan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Oleh sebab itu pemakalah akan membahas mengenai penelitian kulaitatif. Ada
beberapa tipe penelitian kualitatif. Namun dalam hal ini, pemakalah hanya akan
memfokuskan pembahasan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian
Fenomenologis dan Historis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah disampaikan, masalah dapat diperinci seperti :
1.
Bagaimana penelitian fenomenologis ?
2.
Bagaimana penelitian Historis ?
3.
Apa perbedaan dan persamaan penelitian
fenomenologis dan historis ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui tentang penelitian Fenomenologis.
2.
Untuk mengetahui tentang penelitian Historis.
3.
Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan penelitian
Fenomenologis dan Historis.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan
makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1.
Bagi penyusun, makalah ini dapat dijadikan
pembelajaran dalam menulis makalah
yang baik dan menambah pengetahuan tentang materi yang ditulis.
2.
Bagi pembaca, makalah ini dapat dijadikan bahan
pembelajaran terhadap mata kuliah terkait, terutama tentang teknik melakukan penelitian
Fenomenologis dan Historis sebagai bekal pengetahuan untuk membuat tugas akhir
mahasiswa (skripsi)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian Fenomenologis
a. Definisi Penelitian Fenomenologis
Fenomenologi
merupakan salah satu metode penelitian dalam studi kualitatif. Kata
Fenomenologi (Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos.
Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos
berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara
umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak.
Berikut
dipaparkan definisi penelitian fenomenologis menurut para ahli :
1.
Creswell (2010:30), penelitian fenomenologi
merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti mengidentifikasi
hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu.[1]
2.
Campbell (2012:133), penelitian fenomenologi
adalah sebuah pemikiran yang tak cuma memandang setiap sesuatu dari luarnya
saja namun juga berupaya untuk menggali makna apa yang ada dibalik gejala itu.
3.
Collins (2012:133), penelitian fenomenologi
adalah proses penelitian yang menekankan pada meaningfulness, tidak hanya
hendak melihat apa yang terlihat di permukaan, tetapi lebih kepada pemahaman
mengapa fakta social itu terjadi.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penelitian fenomenolgis merupakan penelitian kulaitatif yang
berupaya menggali dan mengungkapkan makna secara mendalam pengalaman para
subjek yang diteliti.
b. Tujuan Penelitian Fenomenologis
Adapun
tujuan dari penelitian fenomenologi adalah sebagai berikut :
1.
Menggali makna melalui eksplorasi pengalaman
subjek yang diteliti. Peneliti harus mampu mendekskripsikan pengalaman subjek
dengan cermat, rinci, lengkap, dan mendalam sebab itulah tujuan dan basis
penelitian.
2.
Mengetahui bagaimana kita mengintepretasikan
tindakan social kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) dan
untuk merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat
berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu
dalam dunia kehidupan sosial.
3.
Mempelajari bagaimana fenomena manusia yang
berpengalaman dalam kesadaran, dalam tindakan kognitif dan persepsi, serta
bagaimana mereka dapat member nilai atau dan bagaimana member penghargaan.
4.
Berusaha untuk memahami bagaimana orang
membangun makna dan konsep kunci inter-subjektivitas. Pengalaman di dunia
berdasarkan pemikiran, adalah intersubjektif karena kita mengalami dunia dan
juga melalui orang.
Adapun
langkah – langkah penelitian fenomenologis adalah sebagai berikut :
1.
Menetapkan lingkup fenomena yang akan diteliti
: peneliti berusaha memahami perspektif filosofis di balik pendekatan yang
digunakan, terutama konsep mengenai kajian bagaimana orang mengalami sebuah
fenomena. Peneliti menetapkan fenomena yang hendak dikaji melalui para
informan.
2.
Menyusun daftar pertanyaan : peneliti
menuliskan pertanyaan penelitian yang mengungkapkan makna pengalaman bagi para
individu, serta menanyakan kepada mereka untuk menguraikan pengalaman penting
setiap harinya.
3.
Pengumpulan data : peneliti mengumpulkan data
dari individu yang mengalami fenomena yang diteliti. Data diperoleh melalui
wawancara yang cukup lama dan mendalam dengan sekitar 5-25 orang. Jumlah ini
bukan ukuran baku. Bisa saja subjek penelitiannya hanya 1 orang. Teknik
pengumpulan data lain yang dapat digunakan : observasi (langsung dan
partisipan), penelusuran dokumen.
4.
Teknik penentuan informan: penunjukan informan
pada penelitian ini adalah dengan prosedur purposif yaitu menentukan kelompok
peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan
dengan masalah penelitian tertentu, (Bungin 2007: 107).
4.Menurut
Bungin (2007: 78), informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek
penelitian. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitian. Memiliki informasi dalam artian memiliki pengetahuan,
pengalaman, dan memahami permasalahan. Teknik ini memberikan kemudahan kepada
peneliti untuk menentukan informan yang akan diwawancarai sesuai dengan tujuan
penelitian.
5.
Analisis data : Peneliti melakukan analisis
data fenomenologis.
a)
Tahap Awal : Peneliti mendeskripsikan
sepenuhnya fenomena yang dialami subjek penelitian. Seluruh rekaman hasil
wawancara mendalam dengan subjek penelitian ditranskripsikan ke dalam bahasa
tulisan.
b)
Tahap Horizonalization
: Dari hasil transkripsi, peneliti menginventarisasi pernyataan – pernyataan
penting yang relevan dengan topic. Pada tahap ini, peneliti harus bersabar
untuk menunda penilaian (bracketing /
epoche); artinya, unsure subjektivitasnya jangan mencampuri upaya merinci
point – point penting, sebagai data penelitian, yang diperoleh dari hasil
wawancara tadi.
c)
Tahap Cluster
of Meaning : Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan pernyataan –
pernyataan tadi ke dalam tema – tema atau unit – unit makna, serta menyisihkan
pernyataan yang tumpang tindih atau berulang – ulang. Pada tahap ini, dilakukan
:
o
Textural
description (deskripsi tekstural), peneliti menuliskan apa
yang dialamai, yakni deskripsi tentang apa yang dialami individu.
o
Structural
description (deskripsi struktural), penulis menuliskan
bagaimana fenomena itu dialami oleh para individu. Peneliti juga mencari segala
makna yang mungkin berdasarkan refleksi si peneliti sendiri, berupa opini,
penilaian, perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena yang
dialaminya.
d)
Tahap deskripsi esensi : Peneliti mengonstruksi
(membangun) deskripsi menyeluruh mengenai makna dan esensi pengalaman para
subjek.
6.
Peneliti melaporkan hasil penelitiannya :
Laporan ini memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca tentang
bagaimana seseorang mengalami sesuatu fenomena. Laporan penelitian menunjukkan
adanya kesatuan makna tunggal dari pengalaman, di mana seluruh pengalaman itu
memiliki “struktur” yang penting.
d. Contoh Judul Penelitian Fenomenologis
Judul :
Makna Iklan Televisi (Studi Fenomenologi Pemirsa di Jakarta terhadap Iklan
Televisi Minuman “Kuku Bima Energi” Versi Kolam Susu)[3]
Oleh :
Hadiono Afdjani, 2010
e. Kelemahan dan Kelebihan Penelitian
Fenomenologis
Kelebihan
dari penelitian fenomenologi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :
o
Fenomenologi sebagai suatu metode
keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak
memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan.
o
Fenomenologi mengungkapkan ilmu
pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar yang objektif.
o
Fenomenologi memandang objek kajian
sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya.
Dari
berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari
berbagai kelemahan, seperti :
o
Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan
pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan
sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu
yang absurd.
o
Pengetahuan yang di dapat tidak bebas
nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound)
B. Penelitian Historis
a. Definisi Penelitian Historis
Menurut
Nevins (1993) Sejarah (history) adalah deskripsi terpadu dari keadaan-keadaan
atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi
yang kritis untuk mencapai kebenaran.[4] Berikut dipaparkan definisi
penelitian historis menurut para ahli :
1.
E. H. Carr (Gall, Gall & Brog, 2007), penelitian
historis adalah sebagai proses sistematis dalam mencari data agar dapat
menjawab pertanyaan tentang fenomena dari masa lalu untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik dari suatu institusi, praktik, tren, keyakinan, dan isu-isu
dalam pendidikan.
2.
Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen (Yatim
Riyanto, 1996: 22), penelitian historis adalah penelitian yang secara eksklusif
memfokuskan pada masa lalu. Penelitian ini mencoba merekonstruksi apa yang
terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan
hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu
menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi
beberapa waktu lalu.
3.
Donald Ary dkk (Yatim Riyanto, 1996: 22), penelitian
Historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal
yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli
sejarah dalam mencari, mengevaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk
mempelajari masalah baru tersebut.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa penelitian historis adalah proses pengkajian peristiwa
atau kejadian masa lalu yang dilakukan secara sitematis dan objektif dari
serentetan gabaran masa lalu yang integrative antar manusia, peristiwa, ruang
dan waktu.
b. Tujuan Penelitian Historis
Adapun
tujuan penelitian historis adalah sebagai berikut :
1.
Membuat rekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan,
serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh
kesimpulan yang kuat.[5]
2.
Memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa
kini atas dasar peristiwa atau perkembangan di masa lampau.
3.
Menyadari apa yang terjadi pada masa lalu
sehingga bisa mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau.
4.
Memahami berbagai aspek kehidupan masa lalu
seperti adat istiadat, kebudayaan, hokum yang berlaku, struktur masyarakat dan
pemerintahan, kehidupan social dan ekonomi, pendidikan dan lain-lain.[6]
c. Jenis-Jenis Penelitian Sejarah
Penelitian
sejarah banyak sekali macamnya. Akan tetapi secara umum ada empat jenis, yaitu:
1.
Penelitian sejarah komparatif
Jika
penelitian dengan metode sejarah dikerjakan untuk membandingkan factor-faktor
dari fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau, maka penelitian
tersebut dinamakan penelitian sejarah komparatif. Misalnya, ingin dibandingkan
system pengajaran di Cina dan Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Dalam hal ini,
si peneliti ingin memperllihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaan dari
fenomena-fenomena sejenis. Atau misalnya, seorang peneliti ingin membandingkan
usaha tani serta faktor sosial yang mempengaruhi usaha tani dari beberapa
negara dan membandingkannya dengan usaha tani Indonesia dalam tahap-tahap tren
waktu zaman pertengahan.
2.
Penelitian Yuridis atau Legal
Jika
dalam metode sejarah diinginkan untuk menyelidiki hal-hal yang menyangkut
dengan hukum, baik hukum formal ataupun hokum nonformal dalam masa yang lalu,
maka penelitian sejarah tersebut digolongkan dalam penelitian yuridis.
Misalnya, peneliti ingin mengetahui dan menganalisis tentang
keputusan-keputusan pengadilan akibat-akibat hukum adat serta pengaruhnya
terhadap suatu masyarakat pada masa lampau, serta ingin membuat generalisasi
tentang pengaruh-pengaruh hukum tersebut atas masyarakat, maka penelitian
sejarah tersebut termasuk dalam penelitian yuridis.
3.
Penelitan Biografis
Metode
sejarah yang digunakan untuk meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya
dengan masyarakat dinamakan penelitian biografis. Dalam penelitian ini,
diteliti sifat-sifat, watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh
pemikiran dan ide dari subjek penelitian dalam masa hidupnya, serta pembentukan
watak figur yang diterima selama hayatnya. Sumber-sumber data sejarah untuk
penelitian biografis antara lain: surat-surat pribadi, buku harian, hasil karya
seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur yang diselidiki ataupun
catatan-catatan teman dari orang yang diteliti tersebut.
4.
Penelitian Bibliografis
Penelitian
dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta
generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu
masalah atau suatu organisasi dikelompokkan dalam penelitian biografis. Penelitian
ini mencakup hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikirpemikir dan
ahli-ahli. Kerja penelitian ini termasuk menghimpun karyakarya tertentu dari
seorang penulis atau seorang filosof dan menerbitkan kembali dokumen-dokumen
unik yang dianggap hilang dan tersembunyi, seraya memberikan intepretasi serta
generalisasi yang tepat terhadap karya-karya tersebut.
Adapun
langkah-langkah penelitian historis adalah sebagai berikut :
1.
Pemilihan Topik
Sebelum melakukan
penelitian historis, langkah pertama yang harus dilakukan ialah menetapkan
topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti haruslah merupakan topik yang
layak untuk dijadikan penelitian dan bukan merupakan pengulangan atau duplikasi
dari penelitian sebelumnya. Pemilihan topik ini penting agar penelitian
historis lebih terarah dan terfokus pada masalah yang akan diteliti.
2.
Heuristik
Heuristik
berasal dari kata Yunani, heuriskein,
artinya menemukan. Heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan,
dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala
bentuk peristiwa atau kejadian sejarah
masa lampau yang relevan dengan topik/judul penelitian.
Untuk
melacak sumber tersebut, sejarawan harus dapat mencari di berbagai dokumen baik
melalui metode kepustakaan atau arsip nasional. Sejarawan dapat juga
mengunjungi situs sejarah atau melakukan wawancara untuk melengkapi data
sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap, serta dapat menunjang
terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran. Masa lampau yang begitu banyak
periode dan banyak bagian-bagiannya (seperti politik, ekonomi, sosial, dan
budaya) memiliki sumber data yang juga beraneka ragam sehingga perlu adanya
klasifikasi data dari banyaknya sumber tersebut.
Dokumen-dokumen
yang berhasil dihimpun merupakan data yang sangat berharga Dokumen dapat
menjadi dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi
pada masa lampau.
Menurut
sifatnya, ada dua yaitu sumber primer dan sekunder :
o
Sumber primer
sumber
yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, seperti dokumen laporan kolonial.
Sumber primer dibuat oleh tangan pertama.
o
Sumber sekunder
sumber
yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya. Jadi, dibuat oleh
tangan atau pihak kedua. Contohnya, buku, skripsi, dan tesis.
Jika
kita mendapatkan sumber tertulis, kita akan mendapatkan sumber tertulis sezaman
dan setempat yang memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, serta sumber
tertulis tidak sezaman dan tidak setempat yang memerlukan kejelian para penelitinya.
Dari sumber yang ditemukan itu, sejarawan melakukan penelitian.
Tanpa
adanya sumber sejarah, sejarawan akan mengalami kesulitan menemukan jejak-jejak
sejarah dalam kehidupan manusia. Untuk sumber lisan, pemilihan sumber
didasarkan pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian. Narasumber lisan yang
hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa tidak bisa dijadikan
narasumber lisan.
3.
Verifikasi
Verifikasi
adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah
memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa
sejarah.
Penilaian
terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut aspek ekstern dan intern.
o
Aspek ekstern mempersoalkan apakah sumber itu
asli atau palsu sehingga sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan
dokumen sejarah tersebut, misalnya, waktu pembuatan dokumen, bahan, atau materi
dokumen.
o
Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang
terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang diperlukan. Dalam hal
ini,aspek intern berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.
Aspek
ekstern harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a)
Apakah sumber itu merupakan sumber yang
dikehendaki (autentitas) ?
b)
Apakah sumber itu asli atau turunan
(orisinalitas) ?
c)
Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah
(soal integritas) ?
Setelah
ada kepastian bahwa sumber itu merupakan sumber yang benar diperlukan dalam
bentuk asli dan masih utuh, maka dilakukan kritik intern. Kritik intern
dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung di dalam sumber itu
dapat dipercaya, dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan
membandingkan kesaksian-kesaksian berbagai sumber.
o
Langkah pertama dalam penilaian intrinsik
adalah menentukan sifat sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal).
Dalam penelitian sejarah, sumber tidak resmi/informal dinilai lebih berharga
daripada sumber resmi sebab sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca
orang banyak (untuk kalangan bebas) sehingga isinya bersifat apa adanya, terus
terang, tidak banyak yang disembunyikan, dan objektif.
o
Langkah kedua dalam penialain intrinsik adalah
menyoroti penulis sumber tersebut sebab dia yang memberikan informasi yang
dibutuhkan. Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat
dipercaya. Untuk itu, harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan harus
dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau
sebaliknya melebih-lebihkan karena ia berkepentingan di dalamnya.
o
Langkah ketiga dalam penilaian intrinsik adalah
membandingkan kesaksian dari berbagai
sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu dan
yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh objektif.
Sumber-sumber
yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun
ekstern, menjadi fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang dianggap
benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai
sumber-sumber yang terpilih.
4.
Interpretasi
Interpretasi
adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu
kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Interpretasi dalam sejarah dapat juga
diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis
terhadap suatu peristiwa. Sejarah sebagai suatu peristiwa dapat diungkap
kembali oleh para sejarawan melalui berbagai sumber, baik berbentuk data,
dokumen perpustakaan, buku, berkunjung ke situs-situs sejarah atau wawancara,
sehingga dapat terkumpul dan mendukung dalam proses interpretasi. Dengan
demikian, setelah kritik selesai maka langkah berikutnya adalah melakukan
interpretasi atau penafsiran dan analisis terhadap data yang diperoleh dari
berbagai sumber.
Interpretasi
dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan
merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Penafsiran fakta harus
bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta
yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu
kesatuan yang masuk akal.
Bagi
kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang
objektif, harus dihindari penafsiran yang semena-mena karena biasanya cenderung
bersifat subjektif. Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga
para akademisi juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka
gunakan. Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin
semua fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang
relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran sejarah.
5.
Historiografi
Historiografi
adalah penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahap terakhir dari kegiatan
penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah sejarah bukanlah sekadar
menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan
suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian.
Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan dan kemahiran.
Historiografi
merupakan rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran
tentang perilaku yang baik. Sesudah menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan
atau sumber serta melakukan kritik dan seleksi, maka mulailah menuliskan kisah
sejarah.
Ada tiga
bentuk penulisan sejarah berdasarkan ruang dan waktu
o
Penulisan sejarah tradisional, kebanyakan karya ini kuat dalam hal
genealogi, tetapi tidak kuat dalam hal kronologi dan detail biografis.
Tekanannya penggunaan sejarah sebagai bahan pengajaran agama. Adanya kingship (konsep mengenai raja), pertimbangan
kosmologis, & antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab
akibat.
o
Penulisan sejarah colonial, penulisan ini
memiliki ciri nederlandosentris (eropasentris), tekanannya pada aspek politik
dan ekonomi serta bersifat institusional.
o
Penulisan sejarah nasional, penulisannya
menggunakan metode ilmiah secara terampil dan bertujuan untuk kepentingan
nasionalisme.
e. Contoh Judul Penelitian
Judul :
Penelitian Historis Keberadaan Budaya Keagamaan Konghucu di Indonesia
Oleh :
Buanajaya BS, 2009
f. Kelemahan dan Kelebihan Penelitian
Sejarah
Kelebihan penelitian historis adalah sebagai
berikut:
o
Tidak
terlalu melibatkan peneliti secara fisik
o
Tidak
ada kekhawatiran terjadinya interaksi antara peneliti dengan subyek
o
Mudah
dalam mencari sumber data
o
Dapat
mencari data secara lebih tuntas dalam menggali informasi yang diperlukan dalam
proses penelitian
o
Sumber
data sudah dinyatakan secara difinitif baik nama pengarang, tempat dan waktu.
Kelemahan penelitian historis adalah sebagai
berikut:
o
Metode
sejarah banyak menggantungkan diri pada data yang diamati oleh orang lain
dimasa lampau
o
Data
yang digunakan banyak tergantung pada data primer
o
Metode
ini mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang lebih tua
yang tidak diterbitkan ataupun tidak dikutip dalam bahasa acuan yang standart.
C. Perbedaan Penelitian Fenomenologis dan Historis
Penelitian
Fenomenologis
|
Penelitian
Historis
|
Mencari
arti dari pengalaman dalam kehidupan
|
Meneliti
peristiwa-peristiwa masa lalu
|
Tujuan
dari penelitian ini adalah mencari atau menemukan makna dari hal yang mendasar
dari pengalaman hidup tertentu.
|
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis
dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi, dan mensintesis
bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan
dan dalam hubungan hipotesis tertentu.
|
Penelitian
ini dilakukan dengan wawancara mendalam yang lama dengan partisipan atau
dengan observasi (langsung dan partisipan), penelusuran dokumen.
|
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari
pelaku sejarah yang masih ada, atau Sumber sekunder yaitu sumber yang
menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya. Jadi, dibuat oleh tangan
atau pihak kedua. Contohnya, buku, skripsi, dan tesis.
|
Hasil
penelitian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pembaca tentang
penghayatan dan kehidupan orang lain.
|
Hasil
penelitian diharapkan dapat memahami berbagai aspek kehidupan masa lalu
seperti adat istiadat, kebudayaan, hukum yang berlaku, struktur masyarakat
dan pemerintahan, kehidupan social dan ekonomi, pendidikan dan lain-lain.
|
Menghimpun
data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan
pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman dalam kehidupan.
|
Penelitian
periode waktu : kegiatan, peristiwa, karakterisktik, nilai-nilai, kemajuan
bahkan kemunduran dilihat dan dibahas dalam konteks waktu.
|
D.
Persamaan
Penelitian Fenomenologis dan Historis
Baik
penelitian fenomenologis maupun
penelitian historis, keduanya sama-sama termasuk ke dalam penelitian
kualitatif, yakni penelitian yang memiliki maksud untuk memahami fenomena
(fenomenologis) tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti:
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata.
Penunjukan
informan pada kedua penelitian ini sama-sama menggunakan prosedur purposif
yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria
terpilih yang relevan dengan masalah penelitian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian
fenomenolgis merupakan penelitian kulaitatif yang berupaya menggali dan
mengungkapkan makna secara mendalam pengalaman para subjek yang diteliti.
Penelitian
historis adalah proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu yang dilakukan
secara sitematis dan objektif dari serentetan gabaran masa lalu yang
integrative antar manusia, peristiwa, ruang dan waktu.
Perbedaan
penelitian fenomenologis dan historis salah satunya adalah dalam hal tujuan
penelitian, tujuan penelitian fenomenologis adalah adalah mencari atau
menemukan makna dari hal yang mendasar dari pengalaman hidup tertentu.
Sedangkan tujuan penelitian historis adalah untuk merekonstruksi masa lalu
secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi, dan
mensintesis bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat
dipertahankan dan dalam hubungan hipotesis tertentu. Sedangkan persamaannya
adalah kedua penelitian ini termasuk penelitian kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi,
Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang
Sosial . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putra,
Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif IPS.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryabrata,
Sumadi. 1997. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Afdjani,
H. (2010). Makna Iklan Televisi (Studi
Fenomenologi Pemirsa di Jakarta terhadap Iklan Televisi Minuman “Kuku Bima
Energi” Versi Kolam Susu). 8 (1), 96.
Hasbiansyah,
O. (2008). Pendekatan Fenomenologi :
Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. 9 (1), 171.
http://sejarah10 jt.blogspot.co.id/2012/10/langkah-langkah-penelitian-sejarah.html
[2] O. Hasbiansyah, Pendekatan
Fenomenologi : Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi, Vol.9 No.1, 2008, 171.
[3] Hadiono Afdjani, Makna Iklan
Televisi (Studi Fenomenologi Pemirsa di Jakarta terhadap Iklan Televisi Minuman
“Kuku Bima Energi” Versi Kolam Susu), Vol. 8. No. 1, 2010, 96.
[4] Fadli, Penelitian
Sejarah (Historical Research),
(https://fadlibae.wordpress.com/2012/01/30/penelitian-sejarah-historical-rsearch/)
[5] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997),
hlm. 16
[6] Hadari Nawawi, Metode
Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998),
hlm. 79
[7] Jejak Tamboen, Langkah-Langkah
Penelitian Sejarah, (http://sejarah10jt.blogspot.co.id/2012/10/langkah-langkah-penelitian-sejarah.html.)
The 15 Best Casinos in Las Vegas, NV - Mapyro
BalasHapusThe 15 영주 출장샵 Best Casinos 당진 출장샵 in Las Vegas, NV. This Las Vegas casino map was created by Mapyro. View real-time gaming 광양 출장안마 tables, revenue, 화성 출장마사지 industry 구미 출장샵 and other data